Rabu, 01 Juni 2011

Liputan Khusus Miss Indonesia 2011 : Strategi Finalis Pukau Dewan Juri Miss Indonesia

MESKI baru memasuki penjurian awal, para finalis Miss Indonesia 2011 tampak memersiapkan berbagai strategi untuk menggaet hati dewan juri. Apa saja langkah mereka?

Serangkaian kegiatan penjurian awal mulai dilaksanakan. Paras para finalis yang pada hari sebelumnya sempat santai pun perlahan mencuatkan aroma ketegangan. Walau demikian, para finalis pun membekali diri mereka dengan strategi khusus agar tampil memukau di hadapan dewan juri.

"Saya akan mempresentasikan jawaban dalam dua bahasa, yakni Inggris dan Jerman. Selain itu, saya pun akan mempromosikan budaya dan pariwisata dari daerah yang saya wakili," ujar Aprillia Elshaviona, finalis asal Kalimantan Selatan pada okezone di Apartemen Belezza, Permata Hijau, Jakarta, sebelum masuk ke ruang penjurian, Rabu (1/6/2011).


Tak mau kalah, Farasta Der Noesoer, finalis asal Sulawesi Barat pun bakal menyuguhkan performa terbaiknya di depan juri. Untuk mencuri perhatian mereka, Paras akan menjawab semua pertanyaan juri dengan sebaik-baiknya dalam dua bahasa pula, yakni Indonesia dan Inggris. "Kuncinya, saya ingin jadi diri sendiri saja," ujarnya.

Paras menambahkan dirinya pun bakal mempromosikan budaya Sulawesi Barat yang terkenal. "Ada satu budaya khas yang menarik dari Sulawesi Barat, yakni keberadaan perahu tradisional bernama Sandeq. Perahu ini akan digunakan untuk lomba pada acara 17-an tiap tahunnya. Jadi, para peserta akan menyusuri pantai Pallipis hingga ‘finish’ di pantai Losari. Menariknya, perahu ini sudah diakui pelaut asal Prancis yang menyebutnya sebagai perahu tercepat meski terbuat dari kayu dan masih menggunakan layar," paparnya.

Finalis lainnya yang terlihat santai yakni Madhina Nur Muthia, asal Kalimantan Tengah. Dara berusia 17 tahun ini bakal mengutarakan keindahan pariwisata dan budaya suku Dayak.

"Di suku Dayak ada sebuah upacara penyambutan ketika ada orang baru masuk. Selain itu, warga Dayak pun terkenal dengan tradisi pengumpulan tulang-tulang mayat. Ini adalah tradisi leluhur yang perlu kita hargai dan lestarikan," ujarnya semangat.

Dina melanjutkan, untuk membunuh rasa gugup yang menyerang di hadapan juri, dirinya memiliki strategi khusus.

"Saya akan menganggap ajang ini sebagai babak ‘sharing’ seperti dengan teman-teman. Seperti yang diungkapkan Pak Tommy Siawira saat pembekalan character building lalu, kita harus menempatkan bahwa suatu saat pun kita akan berada di posisi juri. Dan itu yang akan membuat kita tenang," tutupnya.
(Sc : OkeZone) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar